Sejarah Merak Emas


Sejarah Singkat

Perlu kita akui dan kita sadari para tokoh sekarang ini banyak yang tidak peduli terhadap perkembangan seni, bahkan kurang menghargai tradisi serta budaya bangsa. Hal ini terjadi karena memang tidak mudah untuk mempelajari seni tradisi, butuh waktu dan bimbingan dalam mempelajarinya. Seni tradisi disamping sarat dengan filosopi, simbol dan pesan moral, juga bersifat sakral, di lapangan dalam perkembangannya banyak yang diluar kendali. Seni banyak digunakan oleh mereka yang prustasi dalam menyikapi kehidupan sosial politik yang kurang bermoral, didukung dengan munculnya pemimpin yang mengesampingkan prinsip kebenaran dan keadilan, dimana pemikirannya terlalu sibuk berebut harta, ego dan kekuasaan semata. Oleh karena itu marilah kita belajar pada Bapak Dalang Asep Sunandar Sunarya, bagaimana upaya beliau mengemas seni tradisi sehingga disukai oleh masyarakat. Ini menjadi Cermin dan kajian pendiri Merak Emas yang masih yakin dan percaya pengaruh seni sangat tinggi dalam mengubah peradaban bangsa.
            Merak Emas memberi apresiasi terhadap penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para wali. Dalam menyebarkan agama Islam, metoda untuk menarik masa dilakukan melalui gamelan dan seni pewayangan. Ternyata dengan kesenian itu penyebaran agama Islam berhasil dengan efektif, banyak orang dengan senang hati tertarik dan langsung memeluk agama Islam. Mereka yakin akan kebenaran yang disampaikan dan mau belajar mendekatkan diri pada Allah Yang Maha Kuasa dengan sukarela. Pada  jaman kolonial penjajahan, untuk mengelabuhi para penjajah, para politisi, para ulama dan para seniman menggelar seni genjring, rudat, reog dan lain-lain, dan berkomunikasi melalui tarian, pagelaran tunil sandiwara, wayang orang dan lain-lain. Hasilnya sangatlah efektif, terbukti timbul persahabatan antara tokoh walaupun mempunyai latar belakang yang berbeda, dari persahabatnnya itu timbul rasa persatuan senasib sepenanggungan dan kepentingan untuk merdeka. Hal yang sangat positif yang mereka lakukan timbul saling percaya dan tidak ragu bertukar ilmu beladiri, peluang usaha dan lain-lain. Pada masa sekarang kita perlu hati-hati dan bijaksana dalam mempublikasikan sebuah gagasan, masyarakat kita sekarang sangatlah cerdas sayang masyarakat kita sedang mengalami trauma baik ideologi, sosial, politik, ekonomi maupun psikologi sehingga timbul rasa curiga dan kecenderungan untuk tidak percaya pada kelompok lainnya. Semangat persatuan berbangsa dan bernegara sedang diuji, setiap eksistensi dan gagasan yang muncul dicemooh, dicibirkan, dianggap berlebihan dan diejek.
Masyarakat terkadang curiga dan tidak percaya dengan kebaikan yang mereka peroleh, mereka sering terkecoh oleh orang yang tidak bertanggungjawab dengan tipu dayanya sehingga tidak dapat disalahkan kalau kecurigaan pada pihak lain sangatlah tinggi. Masyarakat kita tidak berdaya membendung pengaruh asing yang mulai mendominasi berbagai kehidupan baik agama, sosial, ekonomi, ideologi politik, pendidikan, dan seni. Sebagian masyarakat ada yang memanfaatkan keadaan ini untuk memperkaya diri ada pula yang frustasi dan emosi sehingga masyarakat sangat mudah dipropokasi untuk berbuat anarkis, atas dasar isu negatif tentang SARA. Tentunya hal ini harus menjadi bahan kajian bagaimana kita melakukan aksi sosial dan percaya dengan kemampuan diri sendiri.
Menyadari hal itu, kami perlu paparkan keberadaan pribadi Pendiri Perguruan Merak Emas yaitu Bapak Uju Yudhistira (Alm). Bapak Uju Yudhistira sangat populer dan lebih dikenal dengan sebutan Apa Uju adalah seorang penabuh kendang penca. Beliau merupaka putra kandung dari Bapak Epen(Alm) seorang Seniman keliling(seorang pendekar Pengelana). Keilmuan Bapak Epen dikenal (Mang Epen) diperoleh dalam pengembaraannya, sampai sekarang apa yang dilakukan Bapak Epen hanya diketahui oleh orang yang pernah dibantu dalam kesulitannya, diberi pelajaran atau pendekar lain yang bertukar ilmu dan menjadi sahabatnya. Salah satu keistimewaannya adalah dalam mempopulerkan seni debus dan sulap, untuk menghibur orang dengan lawakan. Cara/metoda yang digunakan banyak disukai dan menimbulkan kekaguman serta rasa penasaran pemuda-pemuda pada saat itu. Banyak orang yang merasa tertarik dan kemudian belajar kepadanya, juga menjadi inpirasi dan kemudian meniru dan mengembangkan teknik dan trik yang dilakukan oleh mang Epen. Menurut Apa Uju kecil apa yang dilakukan ayahnya tidaklah istimewa, dengan sekali lihat saja apa yang dilakukan ayahnya dapat ditiru dengan mudah. Memang wajar sebelum dipentaskan rahasia pagelaran yang dipertontonkan diketahuinya dengan mudah, karena Apa Uju sering terlibat dalam percobaan trik-trik pentas itu. Begitu kompaknya ayah dan anak saat itu menurut cerita anak buah bapaknya, Apa Uju sering menciptakan gerakan-gerakan yang lebih hebat serta memperbaiki teknik pertunjukan yang diciptakan ayahnya. Karena lahir dari anak seorang Praktisi Seni Sulap, Debus, dan Beladiri tradisi, disertai bakat yang dimiliki oleh Apa Uju tentu saja Apa Uju kecil kurang begitu tertarik, menurutnya Sulap itu hanya trik dan keterampilan semata dalam mengalihan perhatian mempengaruhi penonton.
Apa Uju mulai menyadari pentingnya untuk belajar seni dan ilmu beladiri, setelah bertemu dan berbicara dengan teman ayahnya Bapak Supardi dari Bandung dikenal dengan julukan Pa Pelor. Semenjak itu rajinlah Apa Uju belajar pada pa Pelor, ternyata setelah belajar berbagai ilmu,semakin banyak yang belum ia tahu dan ketertarikan terhadap ilmu semakin tinggi pula. Semangat belajar pa Uju semakin kuat, kemudian dimulailah latihan dan belajar pada para tokoh seperti pada: pa Ame, Abah Juned Junaedi, pa Apin dari Bandung, sehingga saat itu tumbuhlah Apa Uju menjadi remaja yang memilki wawasan pencak silat yang lumayan. Seangkatan dengan Ayahnya (Mang Epen) munculah nama tokoh-tokoh pesilat Kuningan yang tangguh seperti: Ketib Muhyi, Haji Burhan, Abah Juned, Kuwu Mad Saleh, Abah Manta, Bapak Kertasubaya dan lain-lain.
Mereka dikenal karena perjuangan dalam mempopulerkan dan mengajarkan pencak silat di Kuningan. Penulis menyadari banyak tokoh lainnya akan tetapi tokoh lainnya lebih terkenal di daerah lain mungkin diantara mereka ada yang menjadi tokoh panutan tetapi tidak mempopulerkan diri dan berjuang di Kuningan. Begitu banyaknya tokoh Kuningan yang menjadi tokoh-tokoh di kota lain contohnya Perguruan Sakti Budi Rasa lebih terkenal di Cirebon dibanding di Kuningan padahal pendirinya orang Kuningan, dan masih banyak lagi perguruan Silat orang Kuningan yang termashur tapi didirikan didaerah/kota lain. Selain itu banyak tokoh yang mengajarkan ilmu kanuragan dan kebatinan tinggi kepada kalangan terbatas dan namanya tidak mau dipublikasikan sebagai tokoh silat ada yang lebih dikenal sebagai seniman, paranormal, pedagang dan sebagainya.
Sebagai anak seorang pendekar ketika sudah barang tentu beliau selalu besungguh-sungguh dalam belajar dan berlatih sehingga sangat cepat dalam menguasai sebuah ilmu. Beliau tidak pernah ragu dan malu untuk belajar pada tokoh teman-teman ayahnya  atau pun tokoh-tokoh lainnya tanpa mengenal rasa bosan. Pucuk dicinta Ulam pun tiba mungkin peribahasa ini ada benarnya sebagai seorang akhli beladiri dan pecinta seni maka jodohnya pun adalah seorang pendekar wanita Ibu Nurjanah Juara pencak silat se-Jawa Barat pada tahun 1980. Pada tahun 1981 menikahlah Bapak Uju Yudhistira dengan Ibu Nurjanah (anak kesayangan Ketua Pusaka Rundayan Abah Juned Junaedi). Karena selain pesilat Kakek Ibu Nurjanah adalah seorang tokoh seni Longser yaitu Bapak Dulhamid, maka dalam mengarungi rumah tangga kehidupan silat, seni, dan pengembaraan merupakan kesenangan dan keseharian keluarga Merak Emas. Keinginan Apa Uju menjadi mencari ilmu selalu mendapat dukungan penuh dan istri dan ayah mertuanya. Baginya setelah menikah mencari dan mengamalkan ilmu semakin kuat menjadi kesenangan dan hiburan bersama, sangat tepat kalau dikatakan semboyan “Mencari ilmu sampai ke negeri cina” sebagai semboyan keluarga. Semboyan ini mengantarkan pertemuan Beliau (Apa Uju) dengan tokoh pendekar berkebangsaan Cina. Apa Uju bertukar ilmu dan dilatih beberapa ilmu-ilmu tingkat tinggi dari cina, seperti pernapasan, pengobatan dan lain-lain sayang namanya dirahasiakan.
Selain mempelajari ilmu dibidang Seni, beladiri, penyembuhan alternatif, tidak lengkap kalau yang kita ceritakan hanya soal seni dan beladiri semata. Untuk melengkapi ilmu kehidupan akherat, untuk mengisi kebutuhan rohani (keagamaan), dibidang agama Apa Uju juga mendapat gemblengan dari Bapak KH. Mukhdi Ketanggungan, KH Ahmad Bumi Ayu, dan Bapak KH. Ilyas Pandeglang, sedangkan untuk tokoh-tokoh Ke-Cirebonan karena Ibu Nurjanah adalah Keturunan Bangsawan Cirebon, yang mewarisi ilmu ke-Cirebonan,  maka penguasaan ilmu untuk daerah Kuningan dan Cirebon tidak perlu diragukan lagi. Selain berguru maka beliau (Apa Uju) juga mengamalkan/mengajarkan ilmunya dibeberapa tempat seperti di Bumiayu, di Serang Banten, di Metro Lampung Tengah, dan di Prabu Mulih Palembang dan lain-lain bahkan bukan hanya beladiri Apa Uju juga sering mengajarkan seni baik tari, kendang maupun lainnya kepada para seniman. Apa Uju juga merupakan orang yang sering membantu dalam pengurusan atlit-atlit pencak silat di Kabupaten Kuningan.
Hal yang membahagiakan kehidupan keluarga merak emas adalah berkumpul bersama keluarga, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan, mengajarkan seni, dalam suasana menyenangkan penuh dengan canda tawa, sehingga mampu bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pengalaman yang sangat berkesan dan mendalam yang menimbulkan inspirasi pentingnya Ilmu Seni Beladiri Pencak Silat bagi keluarga Merak Emas, adalah ketika Allah mempertemukan keluarga merak emas dengan seorang pencari ilmu berkebangsaan Jerman bernama Oliver yang mengembara ke seluruh nusantara datang dari Jerman tertarik pada beladiri pencak silat dan telah berkeliling Indonesia. Setelah pengajaran dilakukan dan Oliver dilatih secara khusus selama 3 bulan yang dikagumi oleh oliver ternyata bukan olah kanuragannya akan tetapi adalah keindahan seni ibing dan beladiri yang dimiliki Apa Uju seorang tukang kendang penca. Setelah Oliver pulang ke Jerman, Apa Uju merasa terharu dan merasa bangga ternyata Oliver telah mengembangkan seni beladiri Pencak Silat dengan mendirikan perguruan Pencak Silat di Jerman.  Sungguh luar biasa sedangkan kalau kita lihat betapa lemahnya pesona seni ibing pencak silat dimata masyarakat  Kuningan, padahal bangsa asing terpesona dan mendalami Seni Pencak Silat dan dengan sukarela memeluk agama Islam, karena pesona yang dipancarkan Seni Beladiri Pencak Silat yang diajarkan Apa Uju. Penulis yakin bahwa sampai saat ini banyak orang diluar agama Islam yang tertarik masuk Islam karena keindahan Seni Budaya atau kemulian Akhlaq yang dimilki para guru pelatih/pengajar ilmu.  Pesona dan keluhuran budaya bangsa kita makin mengakar dalam hati sanubari Apa Uju bahkan bangsa asing pun banyak yang mengagumi dan belajar, maka mulailah Apa Uju menciptakan ibing penca ciri khas Keluarga Merak Emas yang menjadi cikal bakal didirikannya Perguruan Rundayan Merak Emas.
Pada awalnya perguruan Merak Emas mengutamakan pengajaran pada seni dan gerak, bahkan Ketua Merak Emas justru tidak pernah dilatih/diajari pencak silat secara langsung oleh pendirinya. Saat itu Ketua Merak Emas dipikul oleh seorang anak yang baru kelas 3 SMP, tidak dilatih seni beladiri dan pencak silat tapi dilatih memikul tanggungjawab yang besar. Begitu sangat kerasnya pola latihan yang diterima ketua saat itu, dapat kita bayangkan anak seusia kelas 3 SMP dilatih dengan diberi kepercayaan penuh sebagai ketua tanpa dibekali keterampilan beladiri seperti saudara-saudaranya. Sungguh sangat luar biasa karena Atas Kehendak dan Kuasa Allah Semata ternyata saat itu ketua Merak Emas tidaklah mundur, bahkan merasa tertantang untuk membesarkan Perguruan Merak Emas.  Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi perguruan merak Emas, maka dengan mengeluarkan seluruh energi yang ia miliki, mulailah Ketua belajar pencak silat pada kakeknya, yang terkenal sangat keras dalam mengajarkan/melatih pencak silat. Ketika dilatih oleh kakeknya hampir-hampir Ketua Merak Emas frustasi, akan tetapi sejak saat itu keyakinan dan kemauan ketua mulai tumbuh dan terbentuk. Setelah belajar pada kakeknya secara sembunyi-sembunyi ketua meniru gerakan yang diajarkan oleh ayahnya ketika sedang melatih, dengan bakat dan kesungguhan yang dimilikinya ternyata ketua dapat dengan mudah meniru bahkan menciptakan jurus-juras baru. Tidak puas sampai disitu ketua pun sengaja melatih dan belajar ilmu beladiri pada Bapak Ame Juara Pencak silat Jabar 8 kali berturut-turut. 
Tanpa sepengetahuan ayahnya kemudian ikutlah pertandingan dengan mendaptarkan sendiri, hasilnya penampilan pertama ketua mendapat juara ke 3 hal yang lumayan untuk seorang pemula tanpa gemblengan tokoh silat (ayahnya sendiri). Setelah itu ketua mulai giat belajar dengan membaca buku, melihat latihan pernapasan pada perguruan lainnya, berdiskusi dan yang paling penting rajin melakukan percobaan-percobaan baik olah tenaga dalam, berorganisasi, maupun berbagai seni lainnya.
Percobaan ketua tidak berhenti sampai disitu mulailah beliau berkelana menyusuri jejak ayahnya, tapi cara yang dilakukan oleh ketua sangat ekstrim, dengan modal nyali yang tinggi, maklum masih berjiwa muda beliau mencari ilmu dengan mengadu ilmu. Ketua akan berguru pada orang itu jika kalah dalam pertarungan, apabila jika ketua menang maka ketua tidak akan segan berdiskusi, melakukan percobaan dan koreksi agar ilmu itu menjadi lebih bermanfaat dan efektif. Pengelanaan panjang ketua sangat lama dari usia 19 tahun sampai sekarang bahkan sempat berlatih khusus sebelum berguru ke Jepang masih belum terpuaskan. Akan tetapi dari pengalamannya yang panjang itu metoda Ketua mencari ilmu lebih bijaksana, Ketua mulai menyadari hakikat didirikan merak emas adalah untuk menebarkan kebaikan dan kebenaran. ini muncul setelah mendapat bimbingan dari seorang Habib yang mempunyai keakhlian beladiri tinggi yang dapat meluruskan kekeliruan pendapat Ketua dengan kebenaran Al-Qur’an dan Hadist. Maka ketua mengolah/mempelajari ilmu-ilmu penyembuhan alternatif dan mulai berdakwah tentang kekuasaan Allah dengan metoda penyembuhan alternatif. Ini dilakukan karena semua orang tahu dan yakin hanya Allah Yang Maha Kuasa lah yang menyembuhkan segala penyakit sedangkan manusia hanya berupaya menciptakan metoda agar penyembuhan dapat dijelaskan dan dimengerti berdasarkan ilmu dan teknologi sehingga diterima alam pikiran modern. Demikian lah perjalanan panjang Paguron Merak Emas, seperti sosok Merak Emas makhluk langka yang ada di dunia dan sering diabadikan pada simbol maupun lambang prilaku atau cerita yang istimewa, bahkan dilindungi dan dilestarikan oleh semua bangsa. Berdirilah Perguruan Seni Olah Raga Beladiri Pencak Silat Rundayan Merak Emas yang Indah penuh pesona, sengaja dipublikasikan pada pukul 9 lewat 9 menit tanggal 9 bulan 9 tahun 1999. Pendirian perguruan ini oleh oleh Apa Uju Yudhistira (Alm) didirikan dengan penuh keyakinan tinggi, ritual khusus yang sarat makna juga cita-cita luhur dan tujuan mulia, “siaga dalam damai, yaitu selalu siap untuk berbakti demi kebesaran bangsa dan negara, dalam membela kebenaran dan menegakan keadilan, disertai dengan budi pekerti luhur setia kawan dan cinta damai”.